Kamis, 26 Januari 2012

Cerpen Islamy | kisah si Danish Aniq


Dahulu kala tinggallah sebuah keluarga yang bisa dibilang sakinah, ma’wadah, dan warahmah di suatu desa yang terletak di daerah subang jawa barat. Sang ayah yang hanya bekerja sebagai tukang sayur yang penghasilannya tak seberapa, dan sang ibu pun membantu suaminya untuk menafkahi keluarganya menjadi tukang jahit dan supaya bisa menyekolahkan anak semata wayangnya yang bernama Danish Aniq sampai ke jenjang perkuliahan terkemuka di tanah air Indonesia.

Danish aniq , atau “danish” yang biasa dipanggil seperti itu oleh teman dekatnya, Danish adalah anak yang saleh, dia selalu membantu kedua orang tuanya mencari uang ketika kondisi keuangan keluargannya sudah sangat menipis, dengan menjual apa saja yang bisa dia jual, bukan barang sendiri tapinya, barang-barang seperti Koran dan majalah, bahkan rela harus bangun pagi untuk membagikan Koran-korannya ke perumahan yang cukup jauh dari kampungnya, lalu pergi berangkat ke sekolah, itu hanya untuk membantu kekurangan ekonomi yang dialami keluarganya.

Danish aniq dikenal sebagai remaja yang sangat berbakti kepada orang tuanya dikampungnya, rajin beribadah dan jarang pernah absen ke mushola kecuali jika orang tuanya sedang sakit, pasti si Danish sedang merawatnya, lalu ia dikenal juga dengan kepintaran otaknya yang selalu serba tahu apalagi kalau pelajaran matematika, beuuhh…  (yang nulis aje gak kebayang, gimana yang baca hehe) canggih dah si Danish, jika ada ulangan pelajaran matematika pasti teman sekelasnya berbondong-bondong untuk melihat pekerjaannya alias nyontek hehe. Selain pintar Danish juga dikenal sebagai remaja yang enak untuk diajak ngobrol, diskussi apalagi, semuanya bisa pada bengong kalau si Danish sedang memberikan penjelasan entah pelajaran biology, kimia dan sebagainya karna bingung akan kelibihan yang diberikan ALLAH SWT kepada hambanya Danish Aniq yang serba tahu, mungkin dia suka membaca Koran yang setiap pagi di jualnya.

Selain rajin beribadah, pintar, dan enak diajak bergaul, si Danish lumayan tampan juga lo, mungkin karna ibunya ada keturunan dari bangsa arab dan bapaknya asli subang, tapi kebanyakan terlihat dari bapaknya yang orang sunda jadi arabnya paling Cuma keliatan di bagian hidung sampe mulutnya doang hehe, sisanya mirip bapaknya. yang pentingkan masih ada keturunan arab-arabnya hehe.

Lalu pada saat itu si Danish ketika sudah memasuki Ujian tingkat Nasional atau UN lebih dikenalnya, dan berhasil mendapatkan nilai terbaik di kelasnya, ohh tidak, bahkan di sekolahnya dan mendapatkan beasiswa oleh perusahaan swasta terkemuka di bandung, Danish mendapatkan beasiswa bisa melanjutkan SMA terfavorit di daerah bandung full atau tanpa bayar alias gratis tiss tiss…

lalu beranjak pulang untuk memberi tahu kabar baik itu kepada orang tuanyasambil berlari kegirangan. Sesampainya dirumahnya yang sempit, kecil, kumuh, jelek, dan mau rubuh, namun tampak bagus bagi Danish karna ini rumah satu-satunya dia agar bisa berlindung dari panasnya sinar matahari ketika siang, dan dinginnya angin ketika hujan, dan sekaligus tempat untuk melepas rasa lelah ketika malam datang.

Lalu si Danish mengetuk papan persegi yang sudah mulai rapuh dimakan rayap yang sekaligus menjadi pintu rumahnya. “tok tok tok.. assalamu’alaikum wr. Wb.” Ucap andi sambil mengetuk pintu rumahnya pelan-pelan karna sudah mau rusak.

“wa’alaikum salam” terdengar samar-samar dari dalem rumahnya,” ehh anak satu-satunya umi sudah pulang, gimana hasil ujiannya,,??” Tanya uminya Danish di barengi senyum manis sang ibunda tercinta.

“hahaha, umi gak bakalan percaya deh”. Ucap Danish saking senangnya.

“emangnya ada apa sih..??” Tanya umi penasaran. “paling dapet beasiswa lagi kan.” tebak uminya, karna memang si Danish sudah menjadi langganan beasiswa di sekolahnya sejak kelas lima di sekolah dasarnya dibandung beberapa tahun silam.

“betul , seribu point untuk umi hahaha..” ucap Danish seraya memberikan piagam yang baru saja di dapatnya dan segera untuk memeluk erat uminya.

“tuh kan bener hehe”, kata uminya,” mending kaka sekarang makan lo, umi membuat makanan kesayangan keluarga kita,.”  Ucap uminya lalu mengajak Danish berjalan menuju ruang makan yang hanya berjarak dua meter dari pintu rumah mereka.

“wahhh enak nihh,. Danish makan dulu yaa mi.” ucapnya sambil mencicipi ikan tongkol buatan uminya yang menjadi makanan favorit keluarganya itu.

“makann yang banyak yaa nak. Biar kuat dan pintar, tentunya bisa menjadi kebanggaan keluarga kita.”

“iyaa mi tenang aja..” ucap Danish dan segera untuk menyuap satu persatu makanan ke dalam mulutnya dengan lahap.

Setelah itu Danish pun sudah melai sempoyongan karna kekenyangan, maklumlah karna semangatnya masih membabi buta setelah mendapatkan beasiswa yang memang menjadi impiannya selama masih di SMP, dan beranjak pergi ke tempat tidurnya untuk istirahat, dan Danish tidak lupa untuk solat zhuruh karna jam sudah menunjukan ke angka dua tanda bahwa waktu sholat zhuhur sudah hampir habis.

Beberapa jam kemudian ketika sang merah merona sudah datang menjadi saksi kedatangan ayahnya yang habis berkeliling jualan sayur di kampungnya dan memberi salam “assalamu’alaikum” .

Umi dan Danish anaknya yang sedari tadi sedang bercengkrama ria dengan tetangganya di teras rumah pun menjawab salam dari ayahnya “wa’alaikum salam wr. Wb.” Ucap mereka berbarengan.  

“gimana pak jualannya..??” Tanya istrinya lembut.

“lumayanlah lebih baik dari kemarin mi.” ucapnya sambil mengipas-ngipaskan topi koboinya yang selalu menemaninya setiap waktu.

“alhamdulillahhirabbil ‘alamin..”

“ayah kedalem dulu yaa bu. Mau istirahat.” Ucapnya sambil melangkah meninggalkan Danish dan uminya di teras rumah.

Tidak lama kemudian sang senja pun sudah mulai menghilang ditelan sang bumi pertiwi di selingi suara adzan maghrib yang berkumandang dari mushola setempat. Lalu Danish bersiap-siap untuk pergi ke mushola bersama-sama jama’ah lainnya.

“umi… Danish mau ke mushola dulu yaa..”

“ohh iya, itu baru namanya anak umi, yang selalu rajin sholat berjamaah.” Jawab uminya Danish sambil mengelus-elus rambutnya.

“hehehe..” jawab si Danish hanya nyengir cengengesan.

“Umi, Danish jalan dulu yaa.” Tambah danis

“Assalamu’alaikum.”

 “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Yang bener yaa solatnya, jangan becanda.!” Seru uminya Danish.

“iya umi..!!”, teriak danish memecah keheningan senja.


***

Awan hitam pekat perlahan datang, ditambah lagi suara halilintar yang menggelegar sana-sini yang mengagetkan seisi rumah, “astgahfirullah…” kilatan kilat pun tak mau ketinggalan menunjukan bentuknya (emang kilat ada bentuknya??) yang seakan-akan seperti di foto kayak foto model david beckham, model sepak bola dunia yang selalu di foto dengan blitz tingkat dewa dilapangan, tapi ini bukan hanya tingkat dewa melainkan tingkat dewi quan’ iem (kalo pernah nonton drama asia kera sakti pasti tau hehe), yang bisa membuat Danish untuk segera tutup kuping, dan berlindung di balik bantal karna setelah kilat pasti ada bunyi geluduknya yang lumayanlah bisa membuat modar orang yang terkena skuat jantung, dan orang latah tentunya dengan segala model dan tipe dari segala macam jenis kelatahan tesebut, ada yang model sgala macam binatang di kebun binatanglah disebutin, ada juga yang latahnya ngomong jorok lagi, pokoknya masih banyak deh jenis dan tipe-tipe yang ada di ilmu latah. Ko jadi ngomongin latah..??

Kembali ke cerita….. “tik tik tik.” Hujan deras pun mengetuk-ngetuk atap mereka, itu pun karna atap rumahnya terbuat dari asbes jadi suara air hujan yang turun serasa nyaring sekali bahkan menyaingi suara  TV. Ditambah lagi air hujannya sudah mulai memasuki rumah mereka yang kecil dan usang.

Lalu “yah rumah kita bocor lagi nih.” Ucap umi Danish.

“iya mi, entar kalau ayah dapet keuntungan lebih, ayah renovasi semua atap dari rumah kita mi, mangkanya umi doain yaa supaya kita bisa mendapatkan rizky lebih dan bisa membeli rumah yang lebih bagus dari ini.” Ucapnya menyentuh hati.

“amieen dah yah, umi selalu ngedoain kita ko setiap sehabis shalat tahajud dan dhuhanya..” celetuk Danish membuat suasana seisi rumah menjadi sedih dan sepi, yang ada hanya suara tetesan air yang turun mengenai baskom yang menjadi tadangan di rumah mereka supaya tidak becek.

“hahaha amin amieenn..” ucap uminya sambil berlinang air mata yang menetes melewati pipinya, seraya memeluk Danish anak satu-satunya yang baru mendapatkan beasiswa full sekolah di SMA favorit terkenal di bandung. Dan sang ayah pun nampak bangga sekali akan prestasi yang di buat oleh anaknya yang sangat disayanginya.


***

Satu  tahun kemudian….

Di kelas XI, Danish pun sekarang berteman dengan anak-anak kota yang entah apa judul pergaulannya yang sangat tidak jelas. Danish pun sudah mulai terbiasa dengan yang namanya rokok,beer, dan segala macem minuman beralkohol lainya. Bahkan ia juga pernah tidak pulang kerumah selama seminggu karna keinginannya di belikan sepeda motor tidak dipenuhi oleh orangtuanya yang hanya bekerja sebagai tukang sayur keliling dan uminya hanya seorang tukang jahit biasa. Entah kenapa si Danish menjadi anak yang sangat nakal, mungkin jika si Danish tidak di sekolahkan di tempat seperti ini, kejadiannya tak bakalan seperti ini.

Bahkan Danish sudah jarang sekali sholat berjamaah di mushola, berkumpul bersama-sama dengan jamaah lainya di mushola, sekarang mengaji saja jarang, pernah waktu itu uminya menyuruhnya mengaji, namun apa perkataan dari anaknya, “buat apa mengaji, tidak bisa mendapatkan kenikmatan tohh umi, lebihh baik nongkrong di jalanan kota sambil mengoda-goda cewe asoyy yang lewat.” ucapnya sambil berteriak, mendengar perkataan anaknya itu, uminya tak henti-hentinya menangis karna anaknya sendiri telah menghina agamanya.

Lama kelamaan kelakuan anaknya sudah mulai brutal, Danish pun sering ikut tawuran sana-sini melawan siapa pun yang berani menentangnya, tak hanya itu, sampai-sampai dia pernah membuat teman sekelasnya mengalami pendarahan hebat karna ulah bringasnya.

Dan pada saat pelajaran matematika si danih dan teman-temannya sengaja kabur dari kelasnya, dan malah nongkrong di WC sekolah. entah kenapa, mungkin pusing kali yaa?, padahal dulu Danish kan termasuk orang yang cerdas, ini semua karna pengaruh dari pergaulannya di masa SMA.

“hehh… kamu…!!, lagi ngapain nihh pada ngumpul-ngumpul di toilet pada saat jam pelajaran..!” ucap guru BK (bimbingan konseling singkatannya).

“yahh elahh bu dikit lagi kan bel istirahat, jadi kasih konsekuensi dikit lahh hahaha.”

“iyaa tuhh.. bener bangett.!”

“ibu kan maniess… hahaha.” Omongan mereka sudah mulai kurang ajar, (memang mereka kurang mendapat pembelajaran kayaknya itu juga gara-gara mereka selalu kabur).

“hah..!!, manis opo..??, orang kaya buah kesemek busuk!!, dibilang manis..”

“hahahaha..” tertawalah mereka.

setelah itu ibu BK tersebut meninggalkan mereka yang kerjanya hanya tertawa-tawa kaga jelas. Dan memanggil kepala sekolah bahkan satpam sekolah pun ikut dipanggilnya. Dan menghukumnya  dengan berdiri hormat dilapangan sampai masa sekolah pada hari itu berakhir. Tidak hanya itu bahkan Danish juga mendapatkan SP 3 (surat panggilan orang tua yang ke tiga kalinya, karna pointnya sudah melewati lebih dari 75 dan jika mendapatkan point 100 akan dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat) yang lainya hanya mendapatkan SP 2. Pada saat ini Danish bisa dibilang sebagai pentolan (atau apalah nama istilah gaulnya) di sekolahnya yang dulu amat sangat ia impikan justru menjadi malapetaka bagi keluarganya.

Beberapa hari kemudian uminya pun datang seorang diri, ayahnya tidak bisa hadir karna sedang mencari nafkah keluarganya.  dipanggilah Danish dari kelasnya. Dengan gayanya rambutnya yang kaya jengger ayam alias mowhack dengan baju dikeluarkan, plus tercium pula bau rokok dari tubuhnya yang sangat pekat saat memasuki ruang BK. sedari tadi ibunya sudah hadir disana dan hanya bisa menangis melihat kelakuan anak semata wayangnya beberapa tahun ini.

“ibu sudah tau kan apa yang anak ibu lakukan disekolah ini..??” Tanya kepala sekolahnya seraya tangisan uminya berhenti sejenak.

“….hiks.. iya pak”, jawabnya tersedu-sedu.

“maafkan kelakuan anak saya yaa pak..” tambahnya seraya mengusap air mata yang mengalir menghujani tas yang ada dipangkuannya dengan sapu tangan.

“ibu dengan menyesal ini harus saya katakan, beasiswa yang diterimanya pada saat masih smp sudah hangus, karna Danish anak ibu sudah mendapatkan SP 3. Begitulah peraturan yang tertera di lembaran beasiswa itu.” Ucap pak kepala sekolah yang mulai iba dengan kasih sayang yang diberikan ibunya Danish.

“ya allah ampe segitunya pak.. hiks..”

“memang seperti itu peraturan yang ada di surat pada waktu diberikan ke ibu satu tahun yang lalu.” Ucap pak kepala sekolah sambil menyodorkan secarik kertas.

lalu tetesan air mata kembali menghujani tas di pangkuannya itu bahkan lebih deras dari yang sebelumnya. Sempat terpikir oleh ibunya Danish, ”ya allah,.. apa lagi cobaan yang engkau berikan kepada hambamu ini… dapet uang dari mana hambamu ini agar anak semata wayang ini bisa melanjutkan sekolah di sekolah impiannya ini..” doanya.

“apa tidak ada toleransi lagi pak untuk anak saya..”

“maaf bu, kelakuan anak ibu memang sudah sangat melampaui batas..”

“owhhh.. kalo begitu saya pamit dulu yaa pak.. hiks..”

“Ohh iya bu, sekali lagi maaf yaa bu..” ucap kepala sekolah itu seraya member senyum.

“dahulu… beberapa tahun lalu kamu menjadi kebanggaan keluarga, tapi sekarang dirimu hanya sebongkah sampah yang sangat tak berharga.” Ucap uminya kepada Danish sambil menangis dan pergi meninggalkan ruangan BK disekolah anaknya itu.. dan Danish hanya terdiam seakan tak mau mendengar perkataan ibunya.

“wassalamu’alaikum..”

“wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh..”

“untung saja saya tidak pernah punya anak seperti kamu, Naudzubillahi mindzalik..!!!” Seru kepala sekolah kepada danish. Seraya mengikuti langkah ibunya pergi.

Namun si Danish hanya terdiam hampa, entah apa yang sedang di pikirkannya.


***

Sesampainya dirumah, uminya Danish segera untuk mengambil air wudhu untuk sholat dhuha dan tak lupa ia berdoa di dalam tangisannya yang sangat dalam akan kelakuan anaknya.

“Ya Allah, apa lagi cobaan yang engkau berikan kepada hambamu ini, sungguh perihnya hati hambamu ini Ya Allah akan perlakuan anakku, berikanlah hidayah kepada anakku Ya Allah supaya bisa kembali ke  jalan yang lurus dan tidak penuh dengan kesesatan akan nikmatnya dunia, Ya Allah hambamu ini hanya ingin kembali seperti dulu lagi, mempunyai anak yang soleh dan berbakti kepada orang tuanya, Ya Allah hanya kepadaMu lah hambamu mengadu, dan meminta pertolongan”.

Air matanya sucinya kembali berjatuhan membasahi sejadah dan mukena uminya pada saat itu, karna sangat khusyuknya berdoa sampai-sampai tak terasa bahwa sudah menjelang sore dan ayahnya pulang lebih awal karna hari itu dagangannya sudah habis di beli oleh ibu-ibu rumah tangga di perumahan dekat kampungnya itu.

“Assalamu’alaikum wr. Wb”

“umiii…!!” panggilnya.

“umi………!!!!”

Lalu ayahnya pun terdiam setelah melihat istrinya dzikir sambil menangis segugukan. “ulah apa lagi yang kau berikan kepada ibumu sampai menangis, dasar anak durhaka.” Pikirnya dalam hati.

“umi kenapa lagi..??, pasti gara-gara ulah si Danish lagi ya, liatin aja mi entar bakalan ayah kasih pelajaran ke anak durhaka itu biar sadar!!..” ucapnya sedikit berteriak kesal.

“sudaaahh yah.., biar Allah saja yang mengurusi semuanya..”

“umi sudah ikhlas ko..” matanya kembali berlinang penuh dengan air mata yang suci.

Pada saat itu juga anak semata wayangnya pulang sambil mendobrak pintu rumahnya sampai rusak.

“heh..!! anak durhaka..!!, anak macam apa masuk kerumah tanpa member salam..!, mending ga usah pulang aja sekalian..!!” omel ayahnya.

“ohhh gitu jadi Danish udah ga diterima di sini..”

“ya udah, mendingan juga Danish pergi dari sini, udah gabetah juga lagi hidup di rumah kumuh yang sudah mau rubuh kaya gini.” Ucapnya enteng.

Uminya yang dari tadi hanya terdiam melihat pertengkaran suami dan anaknya, akhirnya jatuh pingsan dan tak sadarkan diri sambil menggengam erat al quran di tangan kanannya, pada saat itu juga Danish pergi dari rumahnya entah kemana. Setelah itu suaminya kaget setengah mati ketika melihat istrinya jatuh pingsan dan segera meminta bantuan warga setempat untuk di bawa ke rumah sakit.

“tolonggg…..!!” teriak ayahnya berkali-kali.

Tak lama kemudian pak RT dan warga kampung pun berduyun-duyun datang menghampiri rumahnya kecilnya Danish, dan membawa uminya pergi ke rumah sakit terdekat di daerah subang.

Setelah sampai dirumah sakit.. uminya segera dirawat intensif di ruang ICU (entah apa gue ga tau singkatannya hehe) oleh pihak rumah sakit. Kunjung beberapa hari uminya pun tak sadar kan diri  yang membuat gelisah hati suaminya. Sekitar tiga hari setelah dibawa ke rumah sakit akhirnya uminya pun tersadar, namun kondisinya masih sangat lemah. Dan hanya bisa menyebut nama anaknya “Danish” suaranya mendesah, entah kenapa uminya malah menyebut nama anak durhaka itu.

Beberapa hari kemudian…

Si Danish yang sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya di sebuah lorong di pinggiran kota, tiba-tiba ada temannya yang memberi tahu kondisi ibunya sedang terbaring lemat di rumah sakit di subang.

“heh..! Danish lu ngapain malah nongkrong-nongkrong ga jelas di sini, mending elo sekarang ngejenguk ibulu yang lagi dirawat di ruang ICU!.” Ucapnya

“ahh masa..?? lu boong kale..”

“ngapain amat.., lagian juga ga ada untungnya buat gue kalo boong sama elu..”

“Mending elu jenguk sono ibulu..!!”

Si Danish terdiam sesaat, tak percaya akan apa yang dibilang barusan dengan temannya, dan nampaknya butiran-butiran kesadaran sudah menghampiri hati Danish yang sudah lama mati.

“temenin gue dong kesonoh, gue ga tau dimana rumah sakitnya..”

“ahh elu jadi temen gue aja nyusahin, ga kebayang dah gue kalo jadi ibunya, bisa miris hati gue.” ucap temannya dalam hati.

Sesampainya di depan rumah sakit, mereka hanya terdiam dan tidak langsung masuk ke rumah sakit, entah apa yang ada di pikirannya sehinngga Danish dan temannya tak segera masuk ke rumah sakit. dan pada saat itu juga terlihat bapaknya sedang lari ke luar rumah sakit sambil menangis mencari anaknya yang telah lama pergi si Danish (padahal Danish sedari tadi ada di sebrang jalan depan gerbang rumah sakit), karna karena kondisi uminya sudah melebihi parah.

Ayahnya berlari-lari nampak jelas di mata Danish, Danish masih aja terdiam di tempatnya, namun ayahnya tidak melihat anaknya, pas mau nyebrang lalu tiba-tiba… “GUBRAKK!!” ayahnya pun tertabrak oleh truck tronton yang lalu lalang, sepertinya supirnya mengantuk, padahal ayahnya masih dipinggir jalan...

“Masya Allah” ucap warga setempat.

“ada kecelakaan, buruan panggil ambulan..!!”

“yang nabrak pergi kemana..??”

“dia langsung kabur dan sekarang polisi sedang mengejarnya..”

Danish yang mendengar pembicaraan warga dan melihatnya secara langsung kematian ayahnya tanpa penghalang apapun seperti kacamata segera untuk menghampiri jasad ayahnya yang bersimpah darah, penuh dengan penyesalan yang tiada tara..

“ayaaaah, danish masih sayang sama ayah dan umi, tolong jangan tinggalin danish, danish janji…..” ucapnya berteriak sambil memeluk erat jasad ayahnya dan menangis sekencang-kencangnya.

“yang tabaahh yaa Danish..” ucap temannya.

“Ya Allah apa yang telah aku perbuat sama keluargaku, kenapa tadi aku tidak memanggilnya..! jika tadi aku memanggilnya mungkin tidak bakal seperti ini kejadiannya.. Ya Allah ampunilah segala dosa yang pernah aku perbuat kepada keluargaku..” ucapnya dalem hati sambil meneteskan air mata yang mungkin baru pertama kalinya dia keluarkan beberapa tahun ini..

Lalu polisi pun berdatangan dan mengangkat jasad ayahnya ke dalam rumah sakit yang berada tepan di depannya, diikuti Danish yang sedang berduka dan temannya.

“yang tabah yaa nish, masih ada ibulu ko yang bisa menemani lu..” ucap temannya.

“setelah mendengar kata-kata temannya itu ia langsung teringat dengan keadaan ibunya, lalu pergi meningggalkan jasad ayahnya sementara, dan melihat keadaan ibunya.

Pada saat itu juga terlihat dari kejauhan seorang suster pergi kearahnya dan memanggilnya,

“Danish,”

“ apakah anda yang bernama Danish..??”

“iyaaa betull, ada apa yaa..??”

“dengan menyesal ini harus saya katakan, ibu anda sudah tiada..”

Mendengar perkataan itu seolah-olah ia sedang berada di tengah jembatan yang talinya mau putus dan jatuh ke jurang yang sangat dalam dan dibawahnya banyak sekali kerikil-kerikil tajam yang siap menghantam tubuhnya, Danish pun tidak bisa berkata apa-apa, hanya tetesan air mata yang tiada henti mengalir di wajahnya, setelah kepergian ayahnya yang tidak berlangsung lama, lalu diikuti oleh kepergian uminya, dan yang hanya ada di otaknya sekarang hanya “menyesali” apa yang telah diperbuatnya kepada keluarganya yang sekarang hanya tinggal Danish seorang..

“ada pesan terakhir ga sus..?? hiks.. hikss..”

“ohh iya saya hampir lupa”

“apa yang dikatakannya.!!”

“ibu anda mengatakan, ‘Danish, Danish’ berulang ulang dan yang terakhir dikatakannya sebelum nafas terakhirnya adalah ‘saya kecewa’ setelah itu 'lailahaillallah'…..”


***

Berakhir sudah cerita pendek fiksi islamy saya hahaha, semoga kisah ini dapat berguna bagi siapa aja yang membacanya dan mengambil hikmahnya.. mendadak gue pengen bikin cerita ini setelah gue mendengar pepatah yang mungkin elo-elo semua sudah biasa dengar. “ketika orang yang mencintainya telah disia-siakan olehnya, orang menyia-nyiakan itu akan sangat mencintainya ketika orang yang mencintainya itu telah tiada.” Kaya gitu kalo ga salah kata-katanya hehe, orang yang mencintainya itu seperti umi dan ayahnya pada cerita di atas, setelah mereka pergi meninggalkannya barulah terasa betapa Danish sangat mencintainya. Dan satu pepatah lagi “janganlah kau pernah menyakiti hati seorang ibu, karna segala pekataannya adalah DOA..” aduhh gue mau cerita dikit lagi nehh.. gapapa kan?? Hehe

Seorang anak menangis dan memanggil ibunya, “ibu, ibu, ibu, ibu, ibu.” Secara berulang-ulang.

Lalu ibunya pun datang dengan tergopoh-gopoh, “Ana opo tho le, ko nangis wae” (ada apa sih nak, kok nangis saja).

Anak itu terus saja menangis dan kali ini menunjuk-nunjuk dengkulnya, “Ibu, iki ono telek (tahi ayam). Buang yo bu. Buang..!!”

Lalu, ibunya membuang kotoran ayam itu. Namun, tangis anaknya tidak juga berhenti. Dia pun kembali memanggil ibunya dan berkata, “balek no balek no, balek no!”

Anak itu meminta ibunya mengembalikan “telek” itu lagi.

Lalu, ibunya mengembalikan lagi “telek” tersebut ke dengkul putra kesayangannya itu.

Tangis anak itu pun semakin keras dan kembali berkata, “kok ora podo, ko ora podo!” anak itu menangis keras karna “telek” yang dikembalikan ibunya itu tidak sama bentuknya dengan “telek” yang pertama kali menempel pada dengkulnya.

Sambil mencari “telek” lainnya ibu itu pun bergumam, “wis ora opo-opo, asal besok gede jadi jendral!” ibu itu pun tersenyum.

Selang empat puluh tahun kemudian, anak yang menangis dan membuat ibunya repot mencari “telek” itu benar-benar menjadi jendral. Dialah Jendral Subagyo HS, mantan kepala staf TNI Angkatan Darat. Subhanallah.

Inilah bukti KEKUATAN DOA IBU. Meskipun terdengar seperti bermain-main, tapi ternyata Allah mendengar perkataan ibu dan mengabulkannya.

Sekian dulu cerita dari saya, tunggu aje kisah tak menarik lainnya..

Rabbani..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar